Belakangan
ini, kota ku selalu diguyur hujan. Membuat sebagian orang merasa kesusahan. Khususnya
emak-emak yang notabennya ibu rumah tangga, mereka mengeluh cucian yang tidak
kering, menjemput anak ke sekolah dengan kerepotan yang luar biasa.
Hujan bukanlah
hal yang menyebabkan stress, melainkan obat stress. Jika, kita bisa meluangkan
sejenak, duduk manis dan mendengarkan rintikan hujan, merasakan air hujan yang
turun langsung dari langit. Melamunkan hal-hal yang indah, membawa rindu ini ada
di dalam hati.
Sayangnya,
waktu yang menuntut kita untuk bergerak cepat, mengeluh dan kesal. Kala hujan
datang. Hujan obat stress, jika kamu mau mendengarkan dentingan merdu. Musik alam
yang turun untuk menghibur hati yang terluka, menghibur jiwa yang kepanasan. Menutup
kisah duka sesaat, kala mendengar berita kejam dan keji. Sungguh, hidup ironis,
anak tak berdosa harus meninggalkan dunia dalam luka bantin dan badan yang
cukup parah.
Bom! Kenapa
masih menggunakan cara ini! Bukankan perbedaan itu indah? Selama, kita
menghargai satu sama lain. Kenapa, harus mengorbakan jiwa anak-anak karena
ketidak sukaan dengan perbedaan.
Teringat sebuah
kisah, penebang kayu dan seekor katak, yang telah tertuang dalam diary citra. Kisah
anak-anak yang menyimpan pesan moral, kamu tidak pernah mendapatkan apa yang
kamu inginkan. Karena semuanya pasti, tidak sebaik yang kamu pikirkan.
Duka ini,
kiranya hujan yang turun bisa meredam kepedihan mereka yang kehilangan. Sedangkan
aku disini, menitipkan rinduku pada hujan. Biarlah rindu ini mengalir dan
sampai pada samudara.
Salam hati
merindu
0 comments:
Posting Komentar