Holiday in Bintan |
Tidak seperti biasanya, weekend kemarin aku bisa libur. Karena berhubung masih suasana Lebaran. Maklum bekerja sebagai kuli tinta, membuatku tidak bisa menikmati waktu bersama keluarga. Walaupun, aku masih belum menikah. Jadi, keluarga yang kumaksud adalah adik2ku dan juga orangtuaku.
Wacana liburan ke trikora sudah lama direncanakan, bersama beberapa kawan yang juga mendapatkan liburan diwaktu yang sama. Alhasil, wacana itu pun bisa terlaksana. Aku bersama keluargaku dan juga beberapa keluarga kawanku, Merry, Nadia, Roland, dan juga keluarga Nababan, menikmati suasana liburan.
Dalam perjalanan akhir pekan kami ini, tidak lah mudah. Bagaimana tidak, semakin banyak orang tentunya komunikasi semakin tidak nyambung. Alhasil, seharusnya pagi, kami sudah berangkat, sampai sana malah jam 11an.
Sepanjang perjalanan ke pantai trikora --sampai saat ini, masih satu2nya pantai yang bisa dinikmati bersama-- Pasalnya, sejauh mata memandang hampir setiap bagian tanah yang kosong, tertuliskan tanah ini milik pemerintah, tanah ini milik A, B hingga Z kali ya.... Entah tahun berapa lagi, masyarakat masih bebas menikmati pantai, secara gratis.
Pantai trikora ini masih belum tercemar, indah dan menarik. Perpohonan kelapa dan juga bebatuan karang, serta ombak. Benar2 membuat kita menikmati suasana alam yang sesungguhnya. Deburan ombak lepas menghantam karang adalah pemandangan yang patut dinikmati dan disyukuri atas anugrah Tuhan.
Tiba dipantai trikora, suasananya --wuih-- full people, hampir semua bibir pantai dari ujung ke ujung penuh manusia. Ya, namanya juga hari libur. Mereka sama seperti kami yang juga ingin menikmati liburan bersama keluarga.
Mencari pondokan aja susahnya minta ampun, semua full. Wah, celutuk salah seorang dari kami, seharusnya lebih pagi... Em, namanya saja nasi sudah menjadi bubur, So tuk apa disesali bukan?
Jadinya, kami semua nongkrong di warung, pesan es degan --es kelape muda, cakap rang Melayu-- Kami pun mulai membuka bekal. Ada yang bawa opor ayam, mie, telur, ikan pepes dan masih banyak menu. Sebelum berenang, kita bersantap dahulu. Setelah itu let's go....
Mama Kesal
Suasana panas, tidak mengurungkan niat kami tuk berenang dan bersenang-senang. Secara memang semua sudah dipersiapkan... Uh, lagi-lagi penyewa ban mengambil kesempatan dengan harga yang mahal. Masa ban kecil aja sewanya mesti mengambil kocek Rp20 ribu, sedangkan ban big sekali sewa Rp40 ribu... Uih... tak apalah, kan tak setiap saat pantai ramai begini.
Aku menyewa ban kecil, jadi kelompok kami menyewa tiga ban. Nah, pada saat menikmati gelombang ombak bersama ban itu, kawan2 mengajak kekedalaman. Secara, aku tak bisa berenang, tentu saja teriak paling histeris. Ya, kalau tenggelam kan repot xixixi......
Em, bosan menganggu diriku, mereka pun mulai mencari korban yang lain. Aku ajak mama, tuk menikmati ban berdua. Secara, ternyata keseimbangan kami tidak sama. Kami hampir dua kali tenggelam --duh ban sialan--
Eh, alhasil, mama dah malas menggunakan ban dan marah-marah. Ya, mau bagaimana lagi, kadar asin di pantai trikora ini memang kelewatan banget... Maklum pantai lepas. Jadinya, uasein.... bener deh....
Mata aja sampai pedih, perut terasa mual pada saat tanpa sengaja ombak menghantam kami. Bosan diganggu ombak, aku pun ke darat. Rupanya, mama sudah ke darat duluan. Em, mencari lokasi kami aja kesusahan. Akhirnya, berhasil juga menemukan lokasi markas kami xixixi... Karena kebanyakan manusia, sampai tersesat pada arus manusia yang hilir mudik di sepanjang bibir pantai dan juga daratan...
Uih.... segarnya air putih yang melewati tenggorokan, yang terasa menyesakan dan pedih. Saat tanpa sengaja meminum air laut yang tak enak itu. Basuh muka dengan air minum.. Masih terasa lengket, karena kadar garamnya yang luar biasa tinggi.
Duduk sambil menikmati cake coklat buatan mama. Tidak lama kemudian, Maria pun datang dengan wajah kesal. Rupanya, tuh anak juga jadi korban ''penindasan''. Kita pun memutuskan untuk mencar dan menikmati aksi narsis kami dengan berfoto2 di sepanjang batu karang.
Penuh Duri dan Berliku
Ternyata untuk mencapai pemandangan yang bagus untuk diabadikan itu rupanya penuh perjuangan. Jarak dari markas kami ke sana hampir sekitar dua kilo meter. Udah sampai di dekat batu karang itu, kami pun melewatinya dengan jalur laut. Airnya di sana lebih jernih. Bahkan, kami bisa melihat perbedaan warna.
Ternyata menuju batu karang, penuh duri dan berliku. Pasalnya, kami bilang duri, dikarenakan batu karangnya tajam-tajam dan licin lagi. Jadi, untuk menginjak satu tanjakan untuk jalan harus ekstra hati-hati. Karena licinnya luar biasa.
0 comments:
Posting Komentar